Analisis
komunikasi antarpribadi
Suasana
komunikasi antarpribadi
Menurut
teori fundamental intepersonal relationsip orientation (FARO), Alasan manusia
menjalin relasi antarpribadi adalah untuk memenuhi tiga kebutuhan antarpribadi,
yakni kebutuhan inklus, kontrol, dan kasih sayang. Manusia memang akan selalu
membutuhkan untuk terlibat dan dilibatkan dalam hidup bersama dengan oranglain.
Dalam hidup bersama dengan orang lain itu, manusia tentunya membutuhkan kontrol
agar orang lain bisa berperilaku seperti yang dikehendakinya. Manusia juga
membutuhkan kasih sayang dari sesamanya. Oleh karena kebutuhan-kebutuhan itulah
maka manusia menjalin komunikasi antarpribadi dan ralasi antarpribadi dengan
sesamanya.
Kini
kita akan membahas bagaimana berkomunikasi antarpribadi dalam tiga suasana
komunikasi yang berbeda, yakni dalam situasi konflik, darurat, dan intim. Dalam
kecerdasan jamak (multiple intellegence)
satu diantaranya ada yang disebut kecerdasan antarpribadi (interpersonal
intellegence) yang kecerdasan yang membuat orang bisa memahami orang lain. Orang
seperti ini memiliki kemampuan menjalin relasi dan bekerja sama dengan orang
lain. Kini kita akan membahas bagaimana berkomunikasi antarpribadi dalam tiga
suasana komunikasi yang berbeda, yakni dalam situasi konflik, darurat, dan
intim. Dalam kecerdasan jamak (multiple intellegence) satu diantaranya ada yang disebut kecerdasan
antarpribadi (interpersonal intellegence) yang kecerdasan yang membuat orang
bisa memahami orang lain. Orang seperti ini memiliki kemampuan menjalin relasi
dan bekerja sama dengan orang lain. Kini kita akan membahas bagaimana
berkomunikasi antarpribadi dalam tiga suasana komunikasi yang berbeda, yakni
dalam situasi konflik, darurat, dan intim. Dalam kecerdasan jamak (multiple
intellegence) satu diantaranya ada yang
disebut kecerdasan antarpribadi (interpersonal intellegence) yang kecerdasan
yang membuat orang bisa memahami orang lain. Orang seperti ini memiliki
kemampuan menjalin relasi dan bekerja sama dengan orang lain.
A.KONFLIK
Menurut
Hocker dan Wilmot (1985;20) konflik di ekspresikan dalam proses komunikasi
melalui isi dan relasi. Kita bisa kembali pada kisah sahili tadi. Tatkala
sahili menjawab pertanyaanya dengan ketus, kita tentu bisa melihat bukan hanya
isi pesan yang disampaikan melalui komunikasi itu yang menunjukan “ suasana
yang lain dari biasanya” tetapi juga menggabarkan bagaimana kondisi relasi
anatar sahili dan temanya saat itu. Pesan komunikasi verbal dan nonverbal yang
disampaikan sahili menunjukan bagaimana relasi anatara sahili dan temanya saat
itu. Sahili mengambil jarak, untuk menghindari percekcokan dengan temanya itu.
Hocker
dan Willmot(1985;39) menyajikan beberapa asusimsi yang berkaitan dengan gaya
konflik yang dikembangkan individu. Asumsi – asumsi tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Manusia mengembangkan respon- respon
terpola terhadap konflik.
2. Manusia mengembangkan gaya konflik untuk
alasan-alasan yang bisa diterima oleh dirinya sendiri.
3. Tidak ada satu gaya konflik pun yang
dengan sendirinya lebih baik dibandinmg dengan gaya yang lain.
4. Gaya manusia terus berubah guna
menyesuiakan dengan tuntutan- tuntutan
situasi baru.
B.
DARURAT
(Thmaslisan , 1997) . Metode ini melihat,
pada setiap orang yang terlibat relasi antarpribadi, ada tiga tingkatan
pengalaman atau persepsi di namakan dengan istilah perspektif yaitu:
1. Perspektif langsung
2. Meta perspektif
3. Meta-meta perspektif
4. Ketiga tingkatan itu menunjukan adanya
lapisan perseptual pada manuisa.
5. Persektif langsung, adalah pandangan
individu terhadap perilaku, objek, pribadi,peristiwa, kegiatan atau apapun uang
bisa dilihat dan ditafsirkan dalam dunia keseharian, misalnya bisa menyatakan
ungkapan evaluatif dengan menyatakan “ saya suka musik dangdut” atau “musik
dangdut itu kampungan”. Sedangkan yang dinamakan metaperspektif adalah apa yang
kita bayangkan dengan apa yang kita pikirkan atau kita rasakan orang
lain,misalnya “saya kira tetangga sayapun suka musik dangdut”. Adapun dengan
meta-meta perspektif adalah merupakan upaya kita untuk menentukan pengalaman
atau persektif orang lain pada diri kita. Meta – meta perspektif itu akan
muncul dengan sendirinya apabila seseorang beranggapan tahu metaperspektif
orang lain, misalnya “saya yakin tetangga saya pun tahu kalau saya suka
dangdut”.
Praktik
Komunikasi Antarpribadi dalam Hidup Keseharian
Asumsi-asumsi
tentang orang lain ini mencakup berikut
1. Tindakan dan komunikasi orang lain bermakna
bagi mereka sendiri meski kita tidak mengetahui apa maknanya,
2. Kita berkomunikasi untuk meningkatkan
kontrol kita atas perilaku diri sendiri dan orang lain.
3. Dengan mengabaikan semua kandungan satu
pesan, semua tindak komunikasi adalah signifikan lantaran memilki pengaruh yang
positif dan negatif terhadap citra diri baik komunikator maupun komunikasi.
4. Semua orang memiliki kebutuhan psikologis
dan biologis yang sama, namun persepsinya terhadap apa yang bisa memenuhi
kebutuhan itu beragam karena alesan-alesan kultural dan individual.
5. Bagi semua orang, pemuasan berbagai
kebutuhan kita untuk jangka panjang, mengharuskan orang mesti bekerja sama dan
berkomunikasi dengan orang lain.
A.LATAR
SOSIAL
Ada
banyak kegiatan komunikasi antarpribadi yang kita lakukan dalam hidup
keseharian kita. Relasi antarpribadi yang dikembangkan pun merupakan relasi
komunal. Kegiatan komunikasi antarpribadi tersebut di lakukan mulai dari
persahabatan, hubungan antara sepasang kekasih hingga relasi dalam lembaga
perkawinan. Sesuai dengan watak relasi antarpribadi yang berupa persahabatan,
berpacaran atau perkawinan tidak selamanya berada dalam situasi yang intim
karena adakalanya juga terjadi konflik di antara pihak-pihak yang menjalin
relasi tersebut.
Dalam hidup perkawinan, banyak
komukasi antarpribadi yang dilakukan merupakan komunikasi dyadik. Bahkan konon,
kebanyakan kegiatan komunikasi manusia dengan sesamanya, baik dalam lingkungan
keluarga atau masyarakat, berlangsung secara dyadik. Oleh karena itu, disamping
komunikasi masa, pengalaman komunikasi terbesar manusia lainya adalah komunikasi
dyadik ini. Bahkan, untuk pasangan tertentu, seperti pasangan kekasih atau
pasangan suami istri, komunikasi dyadik ini merupakan kebutuhan karena
dipandang a Melalui komunikasi
dyadik, masing-masing membuka diriinya sendiri(self-disclosure) dan masing-masing
berusaha memahami lebih mendalam lawan komunikasinya. Mengingat pentingnya
komunikasi dyadik ini dalam kehidupan manusia maka banyak ahli komunikasi yang
mengkaji situasi komunikasi ini. Satu kajian yang penting kita cermati adalah
daur – hidup (life-cycle) komunikasi dyadik ini.
kan
semakin mempererat ikatan relasional diantara keduanya.
B.LATAR
BISNIS
Relasi antarpribadi yang sehat dan iklim
komunikasi yang terbuka itu akan membuat para staff dan karyawan merasa :
1. Sumbangan pemikiran dan gagasanya diberi
penghargaan dan pengakuan;
2. Keluhan yang disampaikanya akan ditangani
dengan serius, dikaji, dan bahkan diselesaikan dengan cara yang memuaskan;
3. Orang yang posisinya tetinggi di dalam
hierarsi organisasi memamndang tidak akan memanipulasi arus komunikasi untuk
mengontrol staff dan karyawan;
4. Orang yang posisinya tertinggi didalam
hierarki organisasi memandang staff dan karyawan sebagai manusia yang kebutuhan
dan aspirasinya jauh lebih tinggi dibandingakn fungsi-fungsi organisasionalnya.
Hal ini
sebenarnya sejalan dengan perubahan yang terjadi dalam cara pandang kita
terhadap oragnisasi bisnis. Pada awalnya, untuk mendorong meningkatkan
produktifitas , banyak oraganisasi memandang dirinya sebagai satu kekuatan yang
lebih besar dari manusia sehingga manusia harus mengikuti apa yang dikehendaki
organisasi. Namun, tatkala organisasi mulai dipandang sebagai “mahluk hidup”
dan para karyawan pun dipandang sebagai aset maka penghargaan terhadap dimensi
kemanusiaan pun mulai berkembang. Manusia tidak dipandang sebagai alat produksi
melainkan merupakan manusia yang memiliki kebutuhan dan aspirasi yang apabila
diperhatikan akan mampu meninggkatkan produktifitas organisasi tersebut.
sumber: berdasarkan google
sumber: berdasarkan google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar