Etika dalam
Komunikasi Antarpribadi
Manusia dalam
hidup bermasyarakat, akan saling membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah
yang dapat menimbulkan suatu proses interaksi sosial. Maryati dan Suryawati
(2003) menyatakan bahwa , “Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal
balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau antar
individu dan kelompok. “ Pendapat lain dikemukakan oleh Murdiyatmoko dan
Handayani (2004), “Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang
menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan
tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial.
“Interaksi
positif hanya mungkin terjadi apabila terdapat suasana saling mempercayai,
menghargai dan saling mendukung.”
Berdasarkan
definisi di atas, maka penulis dapat mnyimpulkan bahwa interaksi sosial adalah
suatu hubungan antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain
baik itu dalam hubungan antar individu, antar kelompok maupun antar individu
dan kelompok.
2.2 Macam –
Macam Interaksi Sosial
Menurut
Maryati dan Suryawati (2003) interaksi sosial dibagi menjadi tiga macam, yaitu
:
1.Interaksi
antara individu dan individu
Dalam hubungan
ini bisa terjadi interaksi positif maupun negatif. Interaksi positif, jika
hubungan yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi negatif, jika hubungan
timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya (bermusuhan)
2.Interaksi
antara individu dan kelompok
Interaksi ini
pun dapat berlangsung secara positif maupun negatif. Bentuk interaksi sosial
individu dan kelompok bermacam – macam sesuai situasi dan kondisinya.
3.Interaksi
sosial antara kelompok dan kelompok
Interaksi
sosial kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan bukan kehendak
pribadi. Misalnya, kerja sama antara dua perusahaan untuk membicarakan suatu
proyek.
2.3 Bentuk –
Bentuk Interaksi Sosial
Berdasarkan
pendapat menurut Tim Sosiologi (2002), interaksi sosial dikategorikan ke dalam
dua bentuk, yaitu :
a. Kerja sama
Adalah suatu
usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
b. Akomodasi
Adalah suatu
proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara pribadi dan kelompok –
kelompok manusia untuk meredakan pertentangan.
c. Asimilasi
Adalah proses
sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang
kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif dalam jangka waktu
lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan
wujudnya membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran
d. Akulturasi
Adalah proses
sosial yang timbul, apabila suatu kelompok masyarakat manusia dengan suatu
kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur – unsur kebudayaan asing itu
diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya
kepribadian dari kebudayaan itu sendiri.
a. Persaingan
Adalah suatu
perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu, agar
memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman
atau benturan fisik di pihak lawannya.
b. Kontravensi
Adalah bentuk
sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan atau konflik. Wujud
kontravensi antara lain sikap tidak senang, baik secara tersembunyi maupun
secara terang – terangan yang ditujukan terhadap perorangan atau kelompok atau
terhadap unsur – unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap tersebut dapat
berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau
konflik.
c. Konflik
Adalah proses
sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat tertentu, akibatnya adanya
perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan
adanya semacam gap atau jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial di
antara mereka yang bertikai tersebut.
2.6 Etika dan
Komunikasi Dalam Interaksi Sosial
Dalam
kehidupan sehari – hari manusia tidak akan pernah lepas dari komunikasi. Dari
mulai kita bangun tidur sampai kemudian tertidur kembali, komunikasi selalu
menjadi kegiatan utama kita entah itu komunikasi verbal atau non verbal, entah
itu komunikasi antar pribadi atau komunikasi organisasi.
Hal seperti ini
memang telah menjadi kodrat kita sebagai seorang yang memang tidak dapat hidup
sendiri. Kita selalu membutuhkan orang lain disekitar kita, walaupun hanya
untuk sekedar melakukan obrolan basa – basi karena manusia adalah makhluk
sosial dan dari dalam interaksi itulah manusia lambat laun menciptakan nilai –
nilai bersama yang kemudian disebut sebagai kebudayaan.
Dalam nilai –
nilai yang terbentuk tersebut terdapat beberapa kaidah yang bertujuan mengatur
tata cara kita berkomunikasi antar sesama tanpa menyakiti hati dan menjunjung
tinggi etika sebagai sebuah tanda penghargaan pada lawan bicara kita. Namun
terkadang pemakaian sesuatu yang kita anggap sebuah etika dapat berakibat pada
sesuatu yang tidak menyenangkan dan menimbulkan kesalahpahaman antar sesama.
Mengapa hal itu bisa terjadi ? Padahal tujuan kita menggunakan etika adalah untuk
mencoba menghargai khalayak
Pemakaian
etika dalam konteks komunikasi antar pribadi memiliki paradoks tersendiri. Di
lain pihak, hal ini dapat menjadi hal yang positif namun terkadang sesuatu yang
negatif dan cenderung merusak danmemperburuk keadaan juga dapat terjadi.
Berbagai hal dinilai bertanggung jawab atas hal ini. Dari mulai cara kita
berkomunikasi antar sesama sampai pada saat kita menggunakan etika dalam
berinteraksi.
ETIKA
Banyak orang
beranggapan bahwa dalam sebuah pembicaraan, kita harus menggunakan etika untuk
menghargai dan menghormati lawan bicara. Ada sebuah teori yang mendefinisikan
etika sebagai, “sebuah cabang ilmu filsafat yang berbicara mengenai nilai dan
norma, moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya”. Dalam teori ini,
etika memiliki 3 tujuan, yaitu :
Terlepas
setuju atau tidaknya kita dengan teori diatas, namun ada hal yang bisa kita
sepakati bahwa etika berhubungan dengan moral, “sistem tentang bagaiman kita
harus hidup secara baik sebagai manusia.”
ETIKA
KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI
Persoalan eika
yang potensial selalu melekat dalam setiap bentuk komunikasi antar pribadi
sehingga komunikasi dapat dinilai dalam dimensi benar – salah, melibatkan
pengaruh yang berarti terhadap manusia lain, sehingga komunikator secara sadar
memilih tujuan – tujuan tertentu yang ingin dicapai dan cara – cara komunikasi
guna mencapai tujuan tersebut. Apakah seorang komunikator bertujuan
menyampaikan informasi, meningkatkan pemahaman seseorang, memudahkan keputusan
yang bebas pada orang lain, menawarkan nilai – nilai yang penting,
memperlihatkan eksistensi dan relevansi suatu persoalan sosial, memberikan
sebuah jawaban atau program aksi atau memicu pertikaian – pertikaian etika yang
potensial terpadu dalam upaya – upaya simbolik sang komunikator. Demikianlah
keadaannya pada sebagian besar komunikasi pribadi, baik komunikasi antara 2
orang, dalam kelompok kecil, dalam retorika gerakan sosial maupun dalam
hubungan masyarakat.
Bahkan muncul
ungkapan bahwa manusia adalah satu – satunya hewan, “yang secara harfiah dapat
disebut memiliki nilai”. Lebih khusus lagi, barangkali esensi tertinggi manusia
adalah homo ethicus, manusia adalah pembuat penilaian etika. Tetapi muncul
pertanyaan, mengapa mempersoalkan etika dalam komunikasi antar pribadi ? Jelas
dengan menghindari pembicaraan mengenai etika dalam komunikasi, orang akan
bersandar pada berbagai macam pembenaran : (1) setiap orang tahu bahwa teknik
komunikasi tertentu adalah tidak etis jadi tidak perlu dibahas: (2) karena yang
penting dalam komunikasi hanyalah masalah kesuksesan maka masalah etika tidak
relevan: (3) penilaian etika hanyalah masalah penilaian individu secara pribadi
sehingg tak ada jawaban pasti: (4) menilai etika orang lain itu menunjukan
keangkuhan atau bahkan tidak sopan.
Secara
potensial timbul ketegangan antara “kenyataan” dan “keharusan”, antara yang
actual dan yang ideal. Mungkin terdapat ketegangan antara apa yang dilakukan
setiap orang dengan apa yang menurut kita harus dilakukan oleh orang tersebut.
Mungkin terdapat konflik antara komunikasi yang kita pandang berhasil dan
penilaian teknik tersebut tidak boleh digunakan karena cacat menurut etika.
Kita mungkin terlalu menekankan pemahaman tentang sifat dan efektifitas teknik,
proses dan metode komunikasi dengan mengorbankan perhatian pada masalah etika
tentang pengunaan teknik – teknik seperti itu. Kita harus menguji bukan hanya
bagaimana, melainkan juga apakah kita secara etis harus, memakai berbagai macam
metode dan pendekatan. Masalah “apakah”, jelas bukan hanya penyesuaian
khalayak, melainkan masalah etika. Kita boleh merasa bahwa tujuan – tujuan
etika itu tidak dapat dicapai secara nyata sehingga tidak banyak manfaatnya.
Bagaimana para
peserta dalam sebuah transaksi komunikasi pribadi menilai etika dari komunikasi
itu, atau bagaimana para pengamat luar menilai etikanya, akan berbeda – beda
tergantung pada standar etika yang mereka gunakan. Sebagian diantara bahkan
mungkin akan memilih untuk tidak mempetimbangkan etika. Namun demikian, masalah
etika yang potensial tetap ada mmeskipun tidak terpecahkan atau tidak terjawab.
Apakah seorang
komunikator menginginkan penilaian etika atau tidak?Komunikan umumnya akan
menilai, secara resmi atau pun tidak resmi, upaya komunikator berdasarkan
standar etika yang relevan menurut mereka. Jika bukan karena alasan lain,
selain alas an pragmatik, yakni untuk kesempatan meningkatkan kesuksesan
komunikator perlu mempertimbangkan kriteria etis para khalayaknya.
sumber: berdasarkan google
sumber: berdasarkan google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar